Suatu malam, aku bepergian melalui salah satu pertigaan di Jogja. Di sana ada kira-kira empat orang anak jalanan. Mereka semuanya adalah anak laki-laki berumur kira-kira 12 tahun. Waktu itu aku cuek aja. Aku ga pernah memerhatikan mereka selama ini. Tapi tiba-tiba malam itu aku menjadi memerhatikan mereka. Aku berhenti di sisi luar sebelah kiri (di samping lajur ke kiri jalan terus), jadi aku bisa melihat mereka dengan jelas. Ada seorang anak yang dimintai uang (baca: dipalak). Anak itu mengaku hanya memiliki uang 500 rupiah. Tapi, ya namanya juga anak jalanan, mereka tetap saja memaksa. Sampai akhirnya anak itu dikeroyok, ga sampai babak belur sih, tapi paling ga sampai anak itu merengek-rengek minta ampun. Akhirnya uang yang hanya 500 rupiah tadi beralih ke tangan anak-anak yang memalak tadi. Kasihan.
Dulu, aku sempat benci dengan yang namanya anak jalanan. Pasalnya, suatu sore aku pulang dari memberi les privat. Waktu itu aku masih kuliah en nyari tambahan uang saku dengan jadi tutor bahasa Inggris privat anak SD-SMA. Di suatu perempatan, ada seorang anak kecil yang mungkin baru saja melepas masa balita-nya. Ia mengelap bagian depan motorku. Aku sudah menolak dia, "Udah dik, ga usah dilap." Tapi anak itu tetap ngelap motorku. Waktu itu lampu di lajurku nyaris menyala hijau dan dompetku ada di ranselku. Aku ga ngantongi uang sepeser pun di celana, jaket, atau baju. Akhirnya aku pun ga ngasih anak itu uang. Tiba-tiba anak itu mengata-ngataiku dan menendang-nendang motorku. Aku tentu aja jengkel, tapi juga takut soalnya ada beberapa temannya yang juga mengelap kendaraan yang terjebak lampu merah. Aku takut kalau akhirnya aku malah dikeroyok mereka, walaupun mereka lebih muda dan lebih kecil dariku, tetap aja mereka lebih garang. Sejak saat itu aku paling benci dengan mereka. Aku selalu cuek dan sok ga memerhatikan kalau ada mereka di jalanan.
Tapi malam itu aku berubah pikiran. Ternyata ga semua anak jalanan seperti itu. Siangnya aku juga sempat membaca salah satu artikel di Kompas yang membahas fenomena anak jalanan. Aku ngeri membayangkan kehidupan mereka. Penyebab orang-orang menjadi penghuni jalanan itu bermacam-macam. Ada yang karena benar-benar masalah ekonomi, ada yang karena ga tahan dengan kehidupan di rumah yang ga harmonis, ada yang sekedar ikut-ikutan, dan masih banyak sebab lain. Dan, memang selama ini pemerintah juga sudah menyediakan rumah singgah bagi mereka, tapi apa rumah singgah itu bisa menjadi benar-benar "rumah" buat mereka?
Aku yang duduk di atas motor itu hanya bisa merasa kasihan dan sekaligus merasa takut. Aku ingin berbuat sesuatu buat mereka, tapi aku takut. Yah, mungkin belum ada kesiapan mental yang aku punya, atau itu hanya sebatas rasa simpati yang tiba-tiba datang dan pergi? Aku tidak tahu.
Friday, September 21, 2007
FREN OR FOE?
Pernah denger kan judul artikelku di atas? Aku emang lagi kecewa banget ama operator selular CDMA yang satu ini. Awalnya sih kayaknya jadi bener-bener sahabat, tapi ternyata setelah itu berkhianat. Sekarang coba aja pikir. Banyak orang mulai pake Fren karena tarif satu jamnya yang murah. Mereka yang punya relasi di luar kota lebih milih pake Fren untuk urusan kantor, pribadi, atau keluarga. Yah ... waktu itu tarifnya kan flat (ga ada pembedaan tarif lokal dan nonlokal).
Tapi akhir-akhir ini kebusukannya mulai tercium deh. Bermula dari kenaikan tarif yang ditambah 10% tanpa pemberitahuan. Aku ulangi ya ... TANPA PEMBERITAHUAN. Tarif yang bertambah 10% itu aja udah membuat para pelanggan merasa keberatan ... eeehh ... ini ditambah lagi ada tarif baru yang mencekik. Untuk lokal Rp38/menit, nonlokal Rp550/menit. Ya sama aja dunx kayak tarif GSM. Jadi mending pake GSM, sinyal lebih jernih en ga pake acara terputus di tengah jalan.
Ni dia satu lagi kebusukan Fren. Kita ga nyaman banget saat telepon. Sering putus di tengah jalan tanpa sebab. Ya ... itu biar pengguna membayar tarif awal yang lumayan tinggi kali ya? Ga nyaman banget deh. Apalagi Costumer Service Agent-nya ga nyenengin. Uh ... temenku pernah hubungi mereka untuk komplain masalah telepon yang berkali-kali terputus padahal baru beberapa menit and itu juga ga di jam-jam sibuk. Pas dia menghubungi CS, ternyata dia diminta nunggu lamaaaaaa banget ... abis itu hubungan telepon malah diputus! CS gaya mana tuh? Mereka ga ada inisiatif untuk menghubungi balik, padahal kan kita pasti diminta nyebutin nomor Fren kita ato nomor lain yang bisa dihubungi!
Ini mungkin warning awal buat Fren. Siap-siap aja kehilangan banyak pelanggan! Banyak temenku yang dah mulai ngelirik operator lain ... belajar dunx sama operator lain yang dah lebih pengalaman menggaet pelanggan (operator+pelanggan ngerasa nyaman dan ga ada yang ngerasa dirugikan!). Jangan lupa kalo sekarang buanyak buanget pesaing baru di dunia CDMA! Ganti dunx slogan yang dipake! Kayaknya That's what friends are for dah ga berlaku lagi tuh! That's what you call FOE!
Tapi akhir-akhir ini kebusukannya mulai tercium deh. Bermula dari kenaikan tarif yang ditambah 10% tanpa pemberitahuan. Aku ulangi ya ... TANPA PEMBERITAHUAN. Tarif yang bertambah 10% itu aja udah membuat para pelanggan merasa keberatan ... eeehh ... ini ditambah lagi ada tarif baru yang mencekik. Untuk lokal Rp38/menit, nonlokal Rp550/menit. Ya sama aja dunx kayak tarif GSM. Jadi mending pake GSM, sinyal lebih jernih en ga pake acara terputus di tengah jalan.
Ni dia satu lagi kebusukan Fren. Kita ga nyaman banget saat telepon. Sering putus di tengah jalan tanpa sebab. Ya ... itu biar pengguna membayar tarif awal yang lumayan tinggi kali ya? Ga nyaman banget deh. Apalagi Costumer Service Agent-nya ga nyenengin. Uh ... temenku pernah hubungi mereka untuk komplain masalah telepon yang berkali-kali terputus padahal baru beberapa menit and itu juga ga di jam-jam sibuk. Pas dia menghubungi CS, ternyata dia diminta nunggu lamaaaaaa banget ... abis itu hubungan telepon malah diputus! CS gaya mana tuh? Mereka ga ada inisiatif untuk menghubungi balik, padahal kan kita pasti diminta nyebutin nomor Fren kita ato nomor lain yang bisa dihubungi!
Ini mungkin warning awal buat Fren. Siap-siap aja kehilangan banyak pelanggan! Banyak temenku yang dah mulai ngelirik operator lain ... belajar dunx sama operator lain yang dah lebih pengalaman menggaet pelanggan (operator+pelanggan ngerasa nyaman dan ga ada yang ngerasa dirugikan!). Jangan lupa kalo sekarang buanyak buanget pesaing baru di dunia CDMA! Ganti dunx slogan yang dipake! Kayaknya That's what friends are for dah ga berlaku lagi tuh! That's what you call FOE!
Roman
You're the one I've always thought of. I don't know how, but I feel sheltered in your love.
You're where I belong. When you're with me and if I close my eyes, there are times I swear I feel like I can fly, for a moment in time, somewhere between the Heavens and Earth. I'm frozen in time ... when you say you love me.
That's the time when the world goes still, and for a moment, there's no one else alive.
You're where I belong. When you're with me and if I close my eyes, there are times I swear I feel like I can fly, for a moment in time, somewhere between the Heavens and Earth. I'm frozen in time ... when you say you love me.
That's the time when the world goes still, and for a moment, there's no one else alive.
Kenangan yang Hidup Lagi?
Apa maksudnya ya? Yang aku maksud di sini adalah semua macam sense yang membuat kita bernostalgia. Apa yang sering buat kalian kebayang-bayang sesuatu yang dah lewat? Kalau aku paling sering tuh aroma, musik/lagu, cuaca.
Kenapa aroma? Setiap moment itu meninggal aroma tersendiri. Misalnya, tiap kali aku mencium aroma parfum tertentu, aku bisa aja teringat pada orang/kenalan/temen yang dulu juga pernah memakai parfum dengan aroma yang sama. Ada sensasi tersendiri pas aku mencium aroma itu lagi. Seperti menonton film kuno, aku kembali mengingat beberapa kejadian dengannya.
Terus musik/lagu? Setiap orang pasti punya lagu kenangan. Entah kenangan akan sesuatu yang buruk, sedih, gembira, atau pas kita jatuh cinta pasti ada lagu yang bisa bikin kita tambah berbunga-bunga. Nah, aku agak kuat untuk masalah ini. Aku bisa ingat lagu itu berjudul apa, siapa penyanyinya, terus pas zaman apa aku denger lagu itu. Misalnya, tahu-tahu aku dengar lagu My Heart Will Go On, aku bisa langsung menebak lagu itu hits karena pernah jadi soundtrack Titanic, terus direlease pas aku kelas 3 SMP. Kenapa aku bisa ingat? Karena aku punya hobi ngumpulin teks lagu. Enggak hanya ngumpulin, aku mencatat teks itu satu per satu di buku khusus kumpulan teks lagu yang kubuat sendiri. Walaupun aku sekarang ga lagi seheboh dulu dalam berburu teks, tapi aku masih sering penasaran kalau dengar lagu bagus. Bawaannya pengin ikut nyanyi sambil pegang teksnya....hihihi....
Dan cuaca? Ya, coba aja pas hujan deres, kita ga ada kerjaan alias nganggur di rumah sambil liatin rintik hujan di deket jendela. Wah, pasti deh pikiran kita langsung melayang ke mana-mana. Biasanya suasana hatiku langsung jadi mellow tuh. Inget yang sedih-sedih. Hiks....
Nah, kalau kalian apa dunx? Pasti ada sesuatu yang bisa menghidupkan kembali kenangan masa lalu itu. Kalau mau, kalian bisa share. Silakan ....
Kenapa aroma? Setiap moment itu meninggal aroma tersendiri. Misalnya, tiap kali aku mencium aroma parfum tertentu, aku bisa aja teringat pada orang/kenalan/temen yang dulu juga pernah memakai parfum dengan aroma yang sama. Ada sensasi tersendiri pas aku mencium aroma itu lagi. Seperti menonton film kuno, aku kembali mengingat beberapa kejadian dengannya.
Terus musik/lagu? Setiap orang pasti punya lagu kenangan. Entah kenangan akan sesuatu yang buruk, sedih, gembira, atau pas kita jatuh cinta pasti ada lagu yang bisa bikin kita tambah berbunga-bunga. Nah, aku agak kuat untuk masalah ini. Aku bisa ingat lagu itu berjudul apa, siapa penyanyinya, terus pas zaman apa aku denger lagu itu. Misalnya, tahu-tahu aku dengar lagu My Heart Will Go On, aku bisa langsung menebak lagu itu hits karena pernah jadi soundtrack Titanic, terus direlease pas aku kelas 3 SMP. Kenapa aku bisa ingat? Karena aku punya hobi ngumpulin teks lagu. Enggak hanya ngumpulin, aku mencatat teks itu satu per satu di buku khusus kumpulan teks lagu yang kubuat sendiri. Walaupun aku sekarang ga lagi seheboh dulu dalam berburu teks, tapi aku masih sering penasaran kalau dengar lagu bagus. Bawaannya pengin ikut nyanyi sambil pegang teksnya....hihihi....
Dan cuaca? Ya, coba aja pas hujan deres, kita ga ada kerjaan alias nganggur di rumah sambil liatin rintik hujan di deket jendela. Wah, pasti deh pikiran kita langsung melayang ke mana-mana. Biasanya suasana hatiku langsung jadi mellow tuh. Inget yang sedih-sedih. Hiks....
Nah, kalau kalian apa dunx? Pasti ada sesuatu yang bisa menghidupkan kembali kenangan masa lalu itu. Kalau mau, kalian bisa share. Silakan ....
MESIN KETIK VS KOMPUTER
Aku awalnya enggak terlalu memerhatikan kesenanganku yang satu ini. Sejak SD aku suka mendengarkan dan melihat ayahku menuliskan sesuatu dengan mesin ketiknya. Mungkin saat itu aku masih kelas 3 SD. Yah ... walaupun saat itu ayahku hanya memakai mesin ketik kuno yang pitanya dah mulai enggak jelas. Setiap siang, saat ayahku di kantor, aku mencuri-curi waktu untuk membongkar mesin ketiknya dan menuliskan sesuatu. Aku kesulitan membuka tutupnya yang lumayan kenceng kalau dah terkancing. Tapi aku ga bakal minta bantuan siapa pun. Aku takut kalau ketahuan pakai mesin ketik ayahku. Tulisan pertamaku dengan mesin ketik saat itu adalah surat yang pada akhirnya aku kirimkan pada tanteku. Aku menggunakan kertas buram yang ada di meja ayahku. Biasanya ayahku meletakkan kertas itu di samping mesin ketiknya supaya lebih mudah mencari kertas.
Hihihi....lucu juga mungkin ya pas tanteku nerima surat dariku dalam bentuk ketikan yang ... yah ... enggak bisa dikatakan rapi. Saat aku bertemu dengan tanteku, ia berkata, "Wah, siapa nih yang ngetikin suratnya? Pasti Bapak ya?" Saat itu aku enggak terima. "Aku dong yang ngetik," seruku sambil mengacungkan jari-jariku yang kubungkus tensoplast karena melepuh. Dari situlah aku mengenal bagaimana cara menuliskan sesuatu dan menuangkannya dalam bentuk ketikan.
Beberapa tahun kemudian, ayahku membelikan komputer yang saat itu sudah lumayan. Casing CPU-nya masih besar banget ... Pakai program DOS pula ... tapi paling enggak aku semakin asyik ketik sana, ketik sini. Seiring berjalannya waktu, aku semakin akrab dengan benda bernama komputer ini. Ya ... sebagai pengganti mesin ketik yang pernah membuat jari-jariku melepuh karena gagal memencet tuts dengan benar ... tuts komputer kan lebih sensitif, jadi aku enggak usah mengeluarkan segenap tenaga untuk memencetnya.
Aku dulu juga sering membayangkan ... ih keren deh kayaknya kalau kerja di depan komputer ... serasa bergaya banget ... hehe ... yah namanya juga khayalan anak-anak. Aku enggak nyadar kalau aku sampai sekarang terkena efek komputer ... mataku menjadi minus dan semakin tambah banyak aja minusnya. Sampai-sampai ayahku berkata, "Makanya monitornya dikasih filter biar radiasinya ga langsung kena mata." Tapi dasar aku tukang ngeyel ... tetep aja monitor komputerku telanjang tanpa busana.
Aku enggak bisa bayangin kalau ternayata sekarang aku bekerja memakai komputer. Wah ... kayaknya ada satu cita-citaku yang tercapai nih .... huehehe .... Aku setiap hari di depan komputer yang ada di kantorku. Dulu, aku terkadang membersihkannya dengan hati-hati ... ya mau gimana lagi? Itu satu-satunya senjataku untuk cari duit. Kalau rusak kan aku juga yang rugi. Tapi jujur aja akhir-akhir ini aku sering malas membersihkannya ... debu semakin menebal nih ... bisa bikin bersin-bersin. Paling banyak debu di bagian atas monitor dan CPU. Aku bisa aja nulis sesuatu di atasnya ... saking tebelnya debu yang nempel. Semoga Mbak Susan yang berada di depanku enggak jadi pilek dan bersin-bersin, karena selama ini dia identik dengan bersin "wicuh"-nya ... mahadahsyat pokoknya ... hehe ....
Aku pernah punya pengalaman yang mungkin juga pernah dialami temen satu kantorku. Aku kehilangan hasil editan selama seharian penuh! Padahal hari itu aku lagi semangat-semangatnya kerja. Udah ada berpuluh-puluh halaman yang berhasil aku edit. Tapi alamaaaaak ... ternyata pas aku simpan tiba-tiba hang ... dan terereng! Hilang semua! Perasaan aku juga tiap kali pencet tombol save lho! Wah serasa pingin nangis sampai gulung-gulung ... tapi malu ma temen-temen ... huihihihi ....
Yah ... akhirnya dengan sedikit kesabaran ... komputer itu dibenahi temenku. "Mas, help me! Editanku ilang ..." kataku dengan wajah memelas. Setelah temenku pencet sana pencet sini, komputerku sembuh. Dan aku memulai editanku dari awal lagi. Sepertinya membosankan tetapi lama-lama asyik juga ... kan jadi gampang ... aku tinggal mengingat-ingat apa yang dah aku benahi tadi ... curang ya ... biarin!
Uih ... dari situ aku ngerasa kok aku kayak ga semangat tanpa ada komputer yang nemenin aku kerja ya? Mungkin aku jadi kecanduan ... I'm addicted ... jadi males nulis tangan ... dah ketik aja. Tapi emang aku ngerasa komputer itu memudahkanku untuk melakukan sesuatu. Yah ... ga ada salahnya kalau addicted by something good and useful for me ... hehehe ... mulai nih jurus jaya endhaku muncul.
Hihihi....lucu juga mungkin ya pas tanteku nerima surat dariku dalam bentuk ketikan yang ... yah ... enggak bisa dikatakan rapi. Saat aku bertemu dengan tanteku, ia berkata, "Wah, siapa nih yang ngetikin suratnya? Pasti Bapak ya?" Saat itu aku enggak terima. "Aku dong yang ngetik," seruku sambil mengacungkan jari-jariku yang kubungkus tensoplast karena melepuh. Dari situlah aku mengenal bagaimana cara menuliskan sesuatu dan menuangkannya dalam bentuk ketikan.
Beberapa tahun kemudian, ayahku membelikan komputer yang saat itu sudah lumayan. Casing CPU-nya masih besar banget ... Pakai program DOS pula ... tapi paling enggak aku semakin asyik ketik sana, ketik sini. Seiring berjalannya waktu, aku semakin akrab dengan benda bernama komputer ini. Ya ... sebagai pengganti mesin ketik yang pernah membuat jari-jariku melepuh karena gagal memencet tuts dengan benar ... tuts komputer kan lebih sensitif, jadi aku enggak usah mengeluarkan segenap tenaga untuk memencetnya.
Aku dulu juga sering membayangkan ... ih keren deh kayaknya kalau kerja di depan komputer ... serasa bergaya banget ... hehe ... yah namanya juga khayalan anak-anak. Aku enggak nyadar kalau aku sampai sekarang terkena efek komputer ... mataku menjadi minus dan semakin tambah banyak aja minusnya. Sampai-sampai ayahku berkata, "Makanya monitornya dikasih filter biar radiasinya ga langsung kena mata." Tapi dasar aku tukang ngeyel ... tetep aja monitor komputerku telanjang tanpa busana.
Aku enggak bisa bayangin kalau ternayata sekarang aku bekerja memakai komputer. Wah ... kayaknya ada satu cita-citaku yang tercapai nih .... huehehe .... Aku setiap hari di depan komputer yang ada di kantorku. Dulu, aku terkadang membersihkannya dengan hati-hati ... ya mau gimana lagi? Itu satu-satunya senjataku untuk cari duit. Kalau rusak kan aku juga yang rugi. Tapi jujur aja akhir-akhir ini aku sering malas membersihkannya ... debu semakin menebal nih ... bisa bikin bersin-bersin. Paling banyak debu di bagian atas monitor dan CPU. Aku bisa aja nulis sesuatu di atasnya ... saking tebelnya debu yang nempel. Semoga Mbak Susan yang berada di depanku enggak jadi pilek dan bersin-bersin, karena selama ini dia identik dengan bersin "wicuh"-nya ... mahadahsyat pokoknya ... hehe ....
Aku pernah punya pengalaman yang mungkin juga pernah dialami temen satu kantorku. Aku kehilangan hasil editan selama seharian penuh! Padahal hari itu aku lagi semangat-semangatnya kerja. Udah ada berpuluh-puluh halaman yang berhasil aku edit. Tapi alamaaaaak ... ternyata pas aku simpan tiba-tiba hang ... dan terereng! Hilang semua! Perasaan aku juga tiap kali pencet tombol save lho! Wah serasa pingin nangis sampai gulung-gulung ... tapi malu ma temen-temen ... huihihihi ....
Yah ... akhirnya dengan sedikit kesabaran ... komputer itu dibenahi temenku. "Mas, help me! Editanku ilang ..." kataku dengan wajah memelas. Setelah temenku pencet sana pencet sini, komputerku sembuh. Dan aku memulai editanku dari awal lagi. Sepertinya membosankan tetapi lama-lama asyik juga ... kan jadi gampang ... aku tinggal mengingat-ingat apa yang dah aku benahi tadi ... curang ya ... biarin!
Uih ... dari situ aku ngerasa kok aku kayak ga semangat tanpa ada komputer yang nemenin aku kerja ya? Mungkin aku jadi kecanduan ... I'm addicted ... jadi males nulis tangan ... dah ketik aja. Tapi emang aku ngerasa komputer itu memudahkanku untuk melakukan sesuatu. Yah ... ga ada salahnya kalau addicted by something good and useful for me ... hehehe ... mulai nih jurus jaya endhaku muncul.
Subscribe to:
Comments (Atom)