Friday, September 21, 2007

Anak Jalanan

Suatu malam, aku bepergian melalui salah satu pertigaan di Jogja. Di sana ada kira-kira empat orang anak jalanan. Mereka semuanya adalah anak laki-laki berumur kira-kira 12 tahun. Waktu itu aku cuek aja. Aku ga pernah memerhatikan mereka selama ini. Tapi tiba-tiba malam itu aku menjadi memerhatikan mereka. Aku berhenti di sisi luar sebelah kiri (di samping lajur ke kiri jalan terus), jadi aku bisa melihat mereka dengan jelas. Ada seorang anak yang dimintai uang (baca: dipalak). Anak itu mengaku hanya memiliki uang 500 rupiah. Tapi, ya namanya juga anak jalanan, mereka tetap saja memaksa. Sampai akhirnya anak itu dikeroyok, ga sampai babak belur sih, tapi paling ga sampai anak itu merengek-rengek minta ampun. Akhirnya uang yang hanya 500 rupiah tadi beralih ke tangan anak-anak yang memalak tadi. Kasihan.

Dulu, aku sempat benci dengan yang namanya anak jalanan. Pasalnya, suatu sore aku pulang dari memberi les privat. Waktu itu aku masih kuliah en nyari tambahan uang saku dengan jadi tutor bahasa Inggris privat anak SD-SMA. Di suatu perempatan, ada seorang anak kecil yang mungkin baru saja melepas masa balita-nya. Ia mengelap bagian depan motorku. Aku sudah menolak dia, "Udah dik, ga usah dilap." Tapi anak itu tetap ngelap motorku. Waktu itu lampu di lajurku nyaris menyala hijau dan dompetku ada di ranselku. Aku ga ngantongi uang sepeser pun di celana, jaket, atau baju. Akhirnya aku pun ga ngasih anak itu uang. Tiba-tiba anak itu mengata-ngataiku dan menendang-nendang motorku. Aku tentu aja jengkel, tapi juga takut soalnya ada beberapa temannya yang juga mengelap kendaraan yang terjebak lampu merah. Aku takut kalau akhirnya aku malah dikeroyok mereka, walaupun mereka lebih muda dan lebih kecil dariku, tetap aja mereka lebih garang. Sejak saat itu aku paling benci dengan mereka. Aku selalu cuek dan sok ga memerhatikan kalau ada mereka di jalanan.

Tapi malam itu aku berubah pikiran. Ternyata ga semua anak jalanan seperti itu. Siangnya aku juga sempat membaca salah satu artikel di Kompas yang membahas fenomena anak jalanan. Aku ngeri membayangkan kehidupan mereka. Penyebab orang-orang menjadi penghuni jalanan itu bermacam-macam. Ada yang karena benar-benar masalah ekonomi, ada yang karena ga tahan dengan kehidupan di rumah yang ga harmonis, ada yang sekedar ikut-ikutan, dan masih banyak sebab lain. Dan, memang selama ini pemerintah juga sudah menyediakan rumah singgah bagi mereka, tapi apa rumah singgah itu bisa menjadi benar-benar "rumah" buat mereka?

Aku yang duduk di atas motor itu hanya bisa merasa kasihan dan sekaligus merasa takut. Aku ingin berbuat sesuatu buat mereka, tapi aku takut. Yah, mungkin belum ada kesiapan mental yang aku punya, atau itu hanya sebatas rasa simpati yang tiba-tiba datang dan pergi? Aku tidak tahu.

1 comment:

Anonymous said...

Hello. This post is likeable, and your blog is very interesting, congratulations :-). I will add in my blogroll =). If possible gives a last there on my blog, it is about the Servidor, I hope you enjoy. The address is http://servidor-brasil.blogspot.com. A hug.